Sebagai media tontonan seni pertunjukan tradisional harus dapat
menghibur penonton, menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai
tontonan atau hiburan seni pertunjukan tradisional ini biasanya tidak
ada kaitannya dengan upacara ritual. Pertunjukan ini diselenggarakan
benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil pada peringatan
kelahiran, resepsi pernikahan dan lain-lain.
B. Seni Pertunjukan Modern
Contoh pertunjukan modern antara lain drama, opera, fragmen, teater, dan
film. Seni pertunjukan modern banyak ditampilkan di media elektronik
seperti televisi.
Seni pertunjukan meliputi seni tari, seni drama, dan seni musik.
1. Seni Tari
Apakah Anda mengenal seni tari? Menurut Curt Sach dalam World History of
The Dance, tari adalah gerak yang berirama. Menurut Corrie Hartong tari
adalah gerak gerik badan yang diberi bentuk dan irama di dalam ruang.
Secara sederhana tari adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis
dan bermakna yang diwujudkan melalui media gerak tubuh manusia yang
ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Dalam seni tari, unsur utamanya
adalah gerak, dan unsur terpenting lainnya adalah irama. Di Indonesia
terdapat berbagai macam tari yang berasal dari berbagai daerah.
Berikut akan kalian pelajari satu persatu.
a) Tari Saman
Tarian ini mempunyai komposisi khas, berasal dari beberapa daerah
Propinsi Aceh seperti Aceh Tengah, Aceh Timur, dan Aceh Barat. Tarian
ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk
berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.
Bentuk tarian ini banyak memainkan tangan yang ditepuktepukkan pada
berbagai anggota badan yang dihempaskan ke berbagai arah dan dipandu
oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syeh. Tarian ini mempunyai
bentuk sajian dominan berupa gerak langkah kaki yang lincah seperti
berlari, dan sangat dinamis.
Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawakan/ditarikan oleh
kaum pria, tetapi dalam perkembangannya sekarang tarian ini sudah banyak
ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan
penari wanita. Tarian ini ditarikan oleh kurang lebih 10 orang, dengan
rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
b) Tari Tor-Tor
Tarian ini termasuk tari hiburan dari Sumatera Utara. Tari ini disajikan
sebagai hiburan selingan upacara adat. Ragam geraknya sangat sederhana,
pola gerak banyak meniru gerakan binatang, misalnya walang kekek yang
dalam bahasa daerah disebut balanghua. Iringan yang digunakan adalah
Gondang Simalungun.
c) Tari Sriwijaya
Tarian ini berasal dari Sumatera Selatan dan merupakan tari tradisi yang
saat ini masih dipercaya sebagai peninggalan kerajaan Sriwijaya. Tarian
ini biasanya digunakan pada acara penyambutan tamu agung kerajaan
tersebut.
d) Tari Payung
Tari ini berasal dari Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Pada dasarnya tarian
ini dibawakan secara berpasangan antara penari pria dan penari wanita,
dengan menggunakan payung. Gerakannya merupakan aspek kehidupan para
remaja yang ada di daerah tersebut. Musik pengiring aslinya menggunakan
Talempong dan Saluang, tetapi pada masa kini sudah banyak diiring dengan
instrument Barat, seperti orkes Melayu. Lagu-lagu yang digunakan untuk
mengiringinya pada umumnya lagu Babindi-Bindi, Singgalang Runtuah,
Singgalang Renyai, dan lagu Minang Lenggang.
e) Tari Ya-Fatah
Tari Ya-Fatah merupakan tari rakyat Jambi yang terdapat di desa-desa di
sepanjang aliran sungai Batanghari. Tarian ini merupakan sarana pemikat
untuk mengumpulkan masyarakat dalam upaya penyebaran agama Islam. Selain
itu tari ini juga berfungsi sebagai sebagai pengantar pengantin pria ke
tempat pengantin wanita.
f) Tari Tabot
Tari tabot adalah bagian dari upacara Tabot setiap bulan Muharam,
berlangsung di kotamadya Bengkulu. Riwayat Tabot erat hubungannya dengan
peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad saw.
g) Tari Piring
Tari ini sudah hidup subur di wilayah pesisir selatan dan Sumatera
Barat. Penyajian tari ini dilakukan secara berpasangan maupun kelompok
dengan ragam gerakan yang sifatnya cepat dan dinamis serta diselingi
bunyi piring berdetik yang dibawa oleh para penari. Tarian ini banyak
menggambarkan kegembiraan, kebersamaan, kesejahteraan, dan kemakmuran
rakyat Minangkabau.
h) Tari Zapin
Tari Zapin merupakan jenis tari ketangkasan dan kelincahan gerak yang
indah dan berirama. Tari ini pada mulanya berkembang di kalangan santri
terutama sebagai pengisi waktu senggang mereka setelah selesai
mempelajari ilmu agama dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Kalau
ditinjau dari ragam gerak dan komposisinya, dapat diduga tari ini
merupakan penyesuaian tari-tari kepahlawanan dari Timur Tengah, dan
masuk ke Indonesia bersama dengan awal perkembangan agama Islam.
Gerak tari in terutama ditekankan pada kelincahan rentak kaki dan
kelenturan tubuh melakukan gerak berputar, maju mundur dengan
cepat.Keharmonisan tari ini paling nampak jika ditarikan berpasangan
atau oleh beberapa penari yang dijalankan secara serentak dan kompak,
cepat, lincah, sehingga mendebarkan hati yang melihat. Penyajian tari
ini bisa berpasangan maupun kelompok yang disajikan dengan tempo cepat,
lincah, yang ditarikan oleh penari pria dengan mengandalkan irama dari
hentakan kaki dan jentikan jari tangan penari tersebut.
i) Tari Penggung Cambai
Penggung artinya pegang, cambai artinya sirih. Tari Penggung Cambai
adalah sebuah tarian rakyat daerah Lampung yang menggambarkan tata
kehidupan masyarakat terutama tata pergaulan muda-mudi yang menjunjung
tinggi adat istiadat. Daun sirih merupakan lambang rasa hormat, hingga
sirih (sekapur sirih) sering dipakai dalam acara menyambut tamu agung
atau dalam perjamuan kecil lainnya.
j) Tari Cokek
Tarian ini berasal dari DKI Jakarta yang merupakan tari pergaulan.
Tarian ini ditarikan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan
dengan iringan khas musik Jakarta yaitu gamelan Gambang Kromong.
k) Tari Gambyong
Tarian klasik ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah, yang
menggambarkan sifat-sifat wanita yang diungkapkan dalam gerak halus,
lembut, lincah, dan terampil namun sebagai seorang wanita Jawa tetap
menonjolkan keluwesannya. Beberapa contoh tarian ini adalah Gambyong
Gambirsawit, Gambyong Pareanom, dan Gambyong Pangkur.
l) Tari Bedaya
Tari Bedaya merupakan tari kelompok dengan komposisi 9 (sembilan) orang
penari putri. Komposisi ini mengandung cerita tertentu yang sangat
simbolik dan tidak menggunakan dialog. Gerak-geriknya sangat halus dan
lembut. Komposisi 9 mempunyai nama sendiri-sendiri, yaitu: Batak,
Jangga, Dada, Buncit, Apit Ngajeg, Apit Wingking, Endel Pojok, Endel
Weton Ngajeng, dan Endel Weton Wingking. Fungsi tari Bedaya adalah
sebagai tari upacara adat kraton, diantaranya Penobatan Raja, Tumbuk
Yuswa (Hari Ulang Tahun).
|
Gambar 1. Tari Bedhaya. (Flick/mas_mashroel) |
m) Tari Remo
Tarian ini menggambarkan karakter penari putri (pada umumnya ditarikan
oleh pria yang berbusana putri). Tari in biasa digunakan untuk menyambut
tamu. Hadirin yang datang disambut dengan tarian yang lincah dengan
menggunakan permainan selendang (remong).
Bentuk tari ini ditandai dengan gerakan lincah dan dinamis. Penari juga
membawakan tembang yang isinya mengucapkan selamat datang kepada para
hadirin. Dalam perkembangan selanjutnya, tari ini tidak ditarikan
perempuan saja, tetapi juga penari pria dengan karakter laki-laki dengan
pola gerak gagah. Fungsi tarian ini adalah hiburan, dan pada umumnya
digunakan sebagai pembuka pertunjukan teater Ludruk.
Istilah drama berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata dramon yang
berarti perbuatan atau gerak. Jadi, drama berarti seni untuk
mengungkapkan pekerti manusia melalui perbuatan yang dipanggungkan.
Kata/istilah teater menunjuk pada “seni pertunjukan”. Dalam seni teater
kehadiran penonton memiliki nilai yang sangat penting. Kerjasama antara
pelaku teater dan penonton menjadi inti/hakikat dari pertunjukan teater.
Istilah teater di Indonesia biasa diartikan sebagai seni pertunjukan
yang terfokus pada cerita, dialog, dan seni peran (acting). Seni teater
termasuk dalam seni multimedia karena menggunakan lebih dari satu media.
Seni teater mengungkapkan maknanya melalui bahasa teatrikal (pengalaman
teater). Tujuan utama seni teater adalah pengalaman dan kenikmatan
teatrikal.
Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa seni teater
(drama) adalah ungkapan, gagasan, atau perasaan yang estetis dan
bermakna yang diwujudkan melalui media gerak, suara, dan rupa yang
ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
Seni drama terbagi menjadi dua macam, yaitu drama tradisional serta
drama modern. Berbagai daerah di Indonesia memiliki bermacam-macam jenis
drama tradisional antara lain sebagai berikut.
- Lenong ( Betawi )
- Kethoprak ( Jawa Tengah dan DIY )
- Ludruk ( Jawa Timur )
- Cupak Gerantang ( Lombok )
- Wayang ( Jawa )
- Arja ( Bali )
Yang menonjol di antaranya adalah seni pedalangan atau pewayangan.
Wayang dalam arti bahasa berarti bayangan, ialah semacam seni drama, di
mana boneka-boneka digerakkan oleh seorang dalang dan bayangan
boneka-boneka itu ditangkap di atas kelir. Supaya dapat melihat bayangan
wayang itu, maka para penonton harus duduk di belakang layar.
Wayang pada umumnya dimainkan pada malam hari dengan penerangan lampu
minyak kelapa yang besar, yang disebut “blencong”. Pertunjukan wayang
pada awalnya adalah upacara pemujaan arwah nenek moyang. Boneka wayang
adalah lukisan dari nenek moyang yang arwahnya dihadirkan dalam upacara
itu. Dalam peranannya wayang adalah perantara (medium) antara dunia
nyata dengan alam gaib. Tugas dalang adalah sebagai “syaman”. Upacara
pertunjukan wayang mula-mula selalu diadakan di ruangan yang suci dalam
rumah orang Jawa yang disebut pringgitan. Ruangan tersebut berada di
perbatasan antara pendapa dalem. Sebelum pertunjukan wayang dimulai
terlebih dahulu dalang mengadakan upacara keagamaan dengan membakar dupa
dan memberikan sesaji.
Pertunjukan wayang sebagai upacara keagamaan disertai dengan musik
gamelan yang disesuaikan dengan keadaan alam. Misalnya antara jam 6 sore
dan 9 malam bunyi gamelan mengikuti bunyi-bunyian dalam alam yang
sedang istirahat menuju ke suasana akan tidur, jadi menyerupai suara
angin. Antara jam 9 malam dan jam 2 malam, alam tidur nyenyak maka suara
gamelan menjadi lebih berat dan lebih mendalam. Antara jam 2 malam dan
jam 6 pagi alam menuju ke suasana bangun, maka bunyi gamelanpun
bertambah ramai dan suaranya keras.
Adapun jenis-jenis wayang dan ceritera yang dipertunjukkannya adalah sebagai berikut.
a. Wayang Kulit
Terbuat dari kulit binatang seperti sapi dan kerbau. Wayang kulit juga
dinamakan wayang purwa. Kata purwa berasal dari bahasa Sansakerta parwa
yaitu bagian dari buku Mahabharata. Cerita wayang kulit diambil dari
kitab Mahabharata dan Ramayana, tetapi ceritanya sudah disesuaikan
dengan suasana dan kepribadian Indonesia. Sebagai contoh adalah terdapat
punakawan (semar, gareng, petruk, dan bagong) yang tidak terdapat dalam
Mahabharata dan Ramayana asli.
b. Wayang Beber
Sumber ceritera tetap dari Ramayana dan Mahabharata, tetapi tiap adegan
dilukis di kain yang dapat digulung dan dibuka (dibeber). Dalang akan
menceritakan jalannya adegan-adegan itu diiringi gamelan.
c. Wayang Krucil (Wayang Klitik)
Disebut demikian karena bentuknya yang lebih kecil dari wayang purwa.
Cerita yang dimainkan adalah cerita-cerita dari zaman Majapahit, tetapi
cerita-cerita Menak pun juga sering dimainkan.
d. Wayang Gedog
Bentuknya seperti wayang kulit, tetapi bahannya dari kayu. Ceritanya
diambil dari zaman Kediri dan Jenggala (cerita panji). “Gedog” artinya
kandang kuda, disebut wayang gedog sebab banyak tokohnya yang namanya
memakai kata “kuda,” misalnya Panji Kudawanengpati.
e. Wayang Golek
Wayang golek terbuat dari boneka kayu yang dikombinasi dengan kain
sebagai pakaiannya. Cerita yang dimainkan mengambil cerita kesusasteraan
Islam seperti cerita-cerita Menak. Wayang golek terkenal di daerah Jawa
Barat. Musik pengiringnya gamelan diiringi vokal pesinden.
f. Wayang Orang
Sumber cerita diambil dari Ramayana dan Mahabharata. Para pelakunya
adalah orang-orang yang berpakaian seperti wayang. Para pemain dapat
berdialog langsung sesuai jalannya cerita. Dalang dalam berindak juga
sebagai sutradara. Iringan musiknya adalah gamelan.
g. Wayang Suluh
Muncul sejak zaman Jepang dengan maksud memberi penerangan (penyuluhan)
kepada rakyat. Sumber cerita diambil dari zaman berdirinya Republik
Indonesia dan masa perang kemerdekaan. Tokoh-tokoh wayang bentuknya
seperti manusia zaman sekarang, termasuk cara berpakaiannya.
0 comments:
Posting Komentar