Jumat, 11 Agustus 2017

Sajak Derai-Derai Air Mata

0


                             Jangan Coba Lari
                             Karya : Yantikah

Dalam dekap sendu yang tak ku mengerti
Ku duduk  termenung dan kupandangi
Kala sunyi menghampiri
Iba hati relakan kau pergi

Dalam tiap denting malam ku
Tak bosan aku berharap
Tak henti aku mencoba
Meski penat mulai menerpa
Kucoba tuk bahagia

Jangan coba lari..!
Tetaplah disini
Tenangkan diri dan bawa anganku pergi

Jangan coba lari..!
Biarkan tak terganti
Sunyi yang tak  bertepi
Kian mimpi jadi melodi...

Jangan coba lari ..!!
Tetaplah disini
Dengan mimpi tuk jadi melodi
Read More

Sajak Derai - Derai Air Mata

0
                                      Diam
                             Karya : Yantikah

Diam !
Karena hanya diam yang mampu mengukir segalanya
Karena dengan diam kita tau titik tolak ukurnya
Karena diam mengehentikan seluruhnya
Seketika...

Tapi diam bukan satu – satunya yang paling bijak

Diam !
Adalah pilihan ketika kita tak lagi mampu bersajak
Adalah pilihan ketika perbincangan tak lagi layak
Adalah pilihan ketika yang lain bersorak

Biarkan saja serunya berkobar
Asal kau tak meniupnya hingga menyala
Biarkan saja senyumnya pudar
Asal tak kau goreskan samurai pada nirwana

Diam... Diam... dan Diamlah,..
Laksana pucuk  senjata,..

Read More
0
Read More

Rabu, 11 Januari 2017

Pesan Damai Untukmu Sang Khalifah

0


Pesan Ukhuwah dalam Dekapan Sang Khalifah
Karya : Yantikah
Ku adukan padanya sebuah kontemplasi
Ku adukan padanya tentang batin ini
Ku adukan padanya akan jiwa ini
Ku adukan padanya atas amal ini
Sedikitpun tak ada bekal rasanya kubawa dihadapanmu
Keheningan dan kegelapan dilarut malam kembali membuatku tersadar
Aku belum siap !
Sungguh aku belum siap menerima catatan amalku ...
Aku belum siap !
Sungguh aku belum siap untuk kau sidang disisa umurku...
Sungguh aku belum siap !!
Seketika tersadar...
Sejenak berteriak dalam hati
Jadikan tanah saja aku ini, agar kehadiranku tak perlu dipertanggungjawabkan
Terlalu hina rasanya...!?
Tatkala mulai menata hati dan bertanya
Amanakah aku dengan usiaku?
Amanakah aku dengan masa mudaku?
Amanakah aku dengan segala nikmat darimu?
Tuhan...
Lunglai sudah rasanya seluruh jiwa ini
Jika menghitungya detik demi detik
Rasanya mulai pudar khalifah ini
Tuhan...
Bahkan kecintaanku pada selainmu
Mengalahkan keinginanku mengikuti manusia sang mulia
Lantas...
Dimankah posisi diri ini ?
Selama ini, Keindahan dunia lebih kumenangkan dibanding cintamu
Padahal sesungguhnya...
Penghambaan terhadapamu laksana ritual tanpa ruh
Penghambaan terhadapmu laksana pujian tanpa iman
Penghambaan terhadapmu laksana khilaf tanpa pembenaran
Untukmu sang sang pencipta...
Hingga kini, kucoba tuk terus berjalan
Menyusuri dunia yang keruh sampai akhir hidupku datang
Meski belum kutemukan pencerahan pesan damai
Hanya satu yang kupinta
Tuhan...
Aku ingin mati dalam keadaan mencintaimu
Aku ingin mati dalam kesucian atas penghambaan terhadapmu
Aku ingin mati dalam cercahan amalku
Aku ingin mati tanpa sebuah kontemplasi
Kesendirian yang mengajariku akan hal itu
Disudut perenungan ! kutemukan arti hidup keduniaan
Dimana pada satu titik menyadarkan untuk kita seluruh manusia
Dunia hanyalah permainan
Dunia hanyalah tempat bersendagurau
Dunia hanyalah tempat sementara utuk kita bermain peran
Dunia hanyalah sandiwara belaka
Negeri akhiratlah yang sesungguhnya...
Untuk kalian para khalifah...!
Jika derita buatmu adalah hikmahnya
Maka hapuslah lukis senyum dibibirmu yang mulai lesu
Gantikan iba mu dengan seribu cahaya baru
Tanpa seorangpun yang tau
Biarkanlah yang lalu keruh, tak utuh dan penuh debu
Biarkanlah ngarai yang menglirkannya, dan menghapuskan dosa yang lalu
Untuk kalian para khalifah...!
Ingatlah selalu pesan damai ini
Kesabaran dan keyakinan yang melimpah cintanya
Mampu menjernihkan muara
Mampu menghapuskan beribu dosa
Arahkanlah pandanganmu pada satu titik ukhuwah
Niscaya akan kau temukan jalan cinta untuk yang maha cinta

Read More